Content creator nggak harus bikin video
Ada yang berpikir bahwa dirinya nggak cocok jadi content creator karena nggak betah ngedit video.
Padahal, content creator itu nggak harus bikin video kok.
Namanya juga content creator. Pembuat konten. Konten di sini berarti medianya bisa apapun. Bisa audio visual, bisa audio macam podcast, bisa juga tulisan. Nggak ada batasan. Selama bisa diakses oleh audiens.
Terlepas apapun media yang digunakan, yang penting dari suatu konten itu value yang coba disampaikan ke audiens.
Kalau konten kita berupa audio visual, dan dengan editing sederhana aja udah cukup untuk deliver value, edit sederhana aja.
Kalau konten kita berupa tulisan, buat tulisan yang mudah dipahami dan sarat akan value. Sebisa mungkin pangkas kalimat yang nggak perlu.
Pentingnya memilih media yang sesuai
Sedikit tips buat kamu yang mau mulai ngonten, tapi bingung pilih media mana: pilih media yang bikin kamu semangat terus buat ngonten.
Saya lebih nyaman bikin konten dalam bentuk tulisan. Ini karena ada kepuasan tersendiri ketika saya berhasil menuangkan apa yang ada di dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan.
Istri saya lebih senang bikin konten dalam bentuk video, karena suka proses ngedit-nya.
Dua media ini punya kesamaan: sama-sama membuat kami semangat terus untuk ngonten.
Ini penting, karena ngonten itu adalah sebuah aktivitas jangka panjang. Ngonten itu bukan sprint, tapi marathon.
Selain itu, kualitas konten yang dibuat dengan sepenuh hati juga akan beda dengan kualitas konten yang dibuat dengan setengah hati. Value yang disampaikan pada konten yang dibuat dengan sepenuh hati pun akan lebih mudah diterima oleh audiens.
Jangan terlalu mikirin jumlah views
Kalau tujuan kamu ngonten semata-mata karena ngejar jumlah views atau viralitas, dalam seminggu atau dua minggu ngonten kemungkinan besar kamu akan kehilangan motivasi.
Motivasi ngonten harus berasal dari dalam diri, sehingga bisa kita kontrol sepenuhnya. Viral atau nggak viral itu algoritma yang menentukan, yang mana itu sangat sulit untuk kita kontrol.
Lagipula, viral bukan berarti audiensmu akan tetap setia mengonsumsi konten-konten kamu. Konten yang berkualitaslah yang sudah terbukti akan menarik audiens secara organik.
Kita hanya perlu fokus pada kualitas konten. Evaluasi setiap kali selesai buat konten:
- Apakah kamu enjoy bikin konten itu?
- Apakah value yang coba kamu sampaikan udah cukup jelas?
- Apakah penuturan kamu mudah dipahami audiens?
Hasil evaluasi ini bisa kita terapkan di konten-konten kita selanjutnya.
Distribusikan konten kamu, jangan malu
Udah bikin konten cape-cape, tapi kamu nggak kamu distribusikan. Sama aja bohong.
Sebarkan konten kamu di media sosial manapun: Instagram, Threads, Facebook, X, LinkedIn. Nggak usah malu.
Kalau tertarik, orang akan baca/tonton. Kalau suka, orang akan ikutin konten-konten kita yang lainnya. Ujung-ujungnya jadi pembaca/penonton setia. Kalau nggak tertarik, ya paling mereka skip ke konten selanjutnya.
See? Nothing to lose. Share konten nggak bikin kamu rugi 1 juta rupiah.
Terakhir, niatkan ngonten sebagai amal jaryiah kita
Siapa tau, konten video kita yang hanya berdurasi 30 detik ternyata bisa membuat nasib seseorang menjadi jauh lebih baik di 5 sampai 10 tahun mendatang.
Siapa tau, tulisan kita yang hanya 200 sampai 300 kata ternyata bisa mampu membuka mindset seseorang dalam menjalani hidup menjadi lebih baik.
Kita tidak akan pernah tahu efek dari konten yang kita buat. Oleh karena itu, tetaplah buat konten-konten yang bermanfaat.
Siapa tau, konten-konten yang kita buatlah yang jadi amal jariyah kita yang kelak akan terus memberikan pahala kepada kita, meskipun kita telah tiada.
Jadi… gimana? Udah mulai berani ngonten?
Subscribe untuk mendapatkan konten-konten seperti ini berikutnya!
Oiya, saya nulis e-book The Programmer’s Mindset, berisi mindset-mindset apa yang perlu dimiliki oleh kita sebagai seorang programmer agar tetap relevan di tengah ketatnya persaingan kerja.
Cocok buat para programmer yang baru mulai merintis karir di dunia programming, atau buat temen-temen yang mulai tertarik mendalami dunia programming.